THE BACKSTAGE
there's so much going on
unspoken in the back
of the mind

December 20, 2018

Beginner

Give yourself permission to be a beginner
Everyone starts somewhere, and every person who is really great at what they do was once someone who didn’t know much and struggled
And you’re allowed that
You’re allowed to be a person who doesn’t have all the answers yet
You’re allowed to be imperfect and make mistakes and not have all the tools
It takes time to build skills
It takes time to learn how to navigate new things and develop your strengths
Struggling at something you’ve never done before is human and normal – and it’s okay
You aren’t a failure if it’s overly difficult
You aren’t pathetic or incompetent or shameful
You’re a beginner. You’re still learning
And there’s honor in that


Honor in opening yourself up to new experiences and knowledge
So if you’re feeling lost and unprepared, know that it’s just a part of the process
x

Honor in putting yourself outside your comfort zone so that you can grow into a new, 
more full version of yourself

Everyone else has been here before, and they all made it through
You’ll figure everything out along the way. It takes time
And you’re allowed to give yourself that time
It won’t be this overwhelming and difficult forever

November 30, 2018

Jadi Pasien

Melihat suatu hal dari perspektif lain membuat saya belajar banyak hal baru, dan jadi orang baru. Beberapa hari lalu saya didiagnosis menderita sesuatu yang dapat membawa dampak bagi saya di masa depan, yang bisa mempengaruhi tak hanya saya tapi juga keluarga saya, dan yang paling mengagetkan adalah bahwa saya bisa saja berumur pendek karena sesuatu tersebut.

Ha ha ha. Menyebalkan bukan.

Padahal beberapa tahun ini berhadapan dengan pasien, mencoba menanyai gejala yang mereka rasakan, memeriksa, mendiagnosis, dan memberi saran rencana terapi. Sering saya berkata "rajin minum obat ya pak/bu - sabar nggih semakin mendekatkan diri dengan Tuhan supaya diberi kekuatan menghadapi sakit ini - dll dst dsb" dengan mudahnya, saat itu saya belum tahu bahwa nasihat seperti sesungguhnya cuma akan masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Di kursi periksa itu, duduk sebagai pasien yang mendengarkan penjelasan dokter yang memeriksa saya, saya cuma bisa diam. "Oh, begini rasanya didiagnosis sesuatu." Begitu kata saya dalam hati. Kemudian, beberapa hari ini kerjaan saya itu-itu saja. Saya malas bekerja. Setiap malam saya menangisi keadaan saya.

Tahu teori 5 steps of grief yang terdiri dari denial-anger-bargaining-depression-acceptance? Teori itu nggak terjadi sama saya, sejak didiagnosis itu saya langsung ke step 4, depression, sampai sekarang.

Ah, sepertinya iman saya memang sangat kecil.
Ditempa begini saja sudah goyang.



September 26, 2018

Hello again

Oh well.. It's been forever since my last post...

And while there were too many things happening in between, I am just forever grateful that I am still alive and intact. With the sufficient time flexibility, the great people I work with; I had the chance to travel, read books I've wanted to read, meet and talk to people, reconnect, explore myself and have a little bit of inner peace. And the journey has been incredible.

Although there are times when I feel bored and not-so-productive (unlike my usual state in the past). At the end of the day, you can't really complain about God's blessings the entire time.

To always be in a constant search of self, I learn how much I like to cook to kill time, how much I love to be recognized for my work, and how uncertainty can get you stronger than ever. I am still myself: stubborn, emotional, expressive, impatient and of course, annoying. But I feel like I am more in control of myself, which is good, I hope.


Heidelberg, mendung,
kerja dari rumah sambil memasak sop ayam

March 08, 2018

What's Next?

Up to one extent that I simply can't take it anymore. My head is too full, questioning a lot of things. Those questions seemed to crash one another inside the brain, waiting to be answered, or at least paid attention.

Jump to the international health course makes me realize that those health problems happening in my country are not because of our determinants of health, it's happening everywhere, in every part of this globe. It's there for years and stays still though many experts been there since the very beginning.

Life is a complicated merely. There are not many changes. As much as people want to change, they stay the same. I remain the same, with more or less the same complication. Life threw me into a different world, the one that I have never imagined before.

It is hard, but it is also easy. It is just full of contradiction. You want to be thankful, yet things get tough many times. You want to make an impact at work, but the situation is quite toxic you know you'll get affected. You want to be rational, but you can't help being too emotional. And so on and the opposite.

So you get confused most of the times. And I am not sure if that is a good sign or a bad sign. There are just way too many things you want to achieve, but you need to face the ugly truth that it is not happening. You want to be extraordinary, but you like the ordinary.

Or maybe it is the human part of life, or of a human. Human just don't change. Human just like to stay comfortable.

Or it may not.

I am seriously not sure. I get even more confused the more I write.

February 11, 2018

LOA

YES! Akhirnya saya ada niat dan waktu lagi buat ngelunasin hutang saya cerita tentang gimana cara saya bisa dapet 5 Unconditional LOA dari 5 Universitas yang saya daftar. Saya tekankan disini saya cuma berbagi pengalaman ya karena banyak yang tanya dan minta tips. Sebelum daftar, siapin semua berkas nya dulu mbak mas.

Berkas:
- Scan paspor
- CV: Saya pake versi Europass. Bisa dibikin disini. Saya bikin beda-beda untuk setiap uni yang saya daftar karena ada kolom "aim" di CV ini jadi saya sesuaikan dengan nama program dan uni yang akan saya daftar. Contoh: "applying Master degree of Science in International Health, University of Heidelberg, Germany". Termasuk disini saya cantumin riwayat pekerjaan, prestasi, daftar publikasi jurnal ilmiah dan presentasi (buat nunjukkin skill dan pengalaman penelitian saya) yang saya punya, yang emang dari awal kuliah S1 udah saya proyeksikan ke jurusan yang mau saya ambil saat S2. Jadi semua linear. 
- Letter of recommendation: Bisa dari pembimbing skripsi semasa S1, atasan semasa kerja, profesor di Universitas semasa S1, pokoknya yang kenal kamu, tahu kualitasmu dan kalau bisa linier sama bidang yang kamu mau ambil.
- Ijazah dan transkrip nilai berbahasa Inggris.
- Skor bahasa inggris (saya pake IELTS, minimal score nya berapa tergantung jurusan & universitas masing-masing. Kebanyakan minimal overall 6.5). Makin tinggi makin mantep.
- Motivation letter: Kamu siapa, kamu pernah ngapain, kamu punya keahlian apa, mau riset apa selama studi dan mau ngapain setelah lulus dengan gelar ini. Cara saya bisa bikin motivation letter yang menurut saya cukup bagus karena buktinya bisa diterima dimana-mana adalah dengan minta saran orang lain. Waktu itu saya paksa mantan pacar saya (sekarang suami) buat baca terus saya suruh jujur ada yang aneh/jelek/kurang ato enggak. Saya juga minta saran dari native speaker di lembaga belajar bahasa inggris di Solo. Pokoke mintalah saran sama orang yang kira-kira bisa membangun ya bukan yang malah menjatuhkan hehehe.
- Form aplikasi: Tergantung kebijakan uni. Kalau ga salah dulu cuma Heidelberg yang ada begininya.

Sip langsung aja ya gausah kebanyakan intro. Berikut resep LOA dari saya diurutkan sesuai yang lebih dulu saya dapetin:

1. Umeå University, Sweden (Master's Programme in Public Health)
Saya agak sedih tapi juga bangga kalau inget perjuangan saya untuk yang satu ini.
Berawal dari datang symposium di Solo, saya ketemu sama pembicara dari uni ini, nama beliau Prof. Nawi. Pas coffee break saya deketin beliau, saya tanya-tanya tentang master program dan penelitian apa yang lagi jadi fokus uni ini. Selama ngobrol kami pake full english, karena pas symposium beliau presentasi pake english jadi saya pikir dia orang luar. Sampe akhirnya ada orang menyela kami dengan Bahasa Indonesia dan Prof. Nawi jawab dengan Bahasa Indonesia juga, dan langsung tanpa ingat situasi sekitar saya ngomong agak keras karena kaget "Lhoh Prof orang Indonesia toh?" hahaha. Sejak saat itu kami sering berkomunikasi lewat email. Saya cerita keinginan saya kuliah di luar karena ingin belajar dan melakukan lebih banyak riset. Beliau bilang untuk saya daftar beasiswa ini dengan LPDP, bahkan beliau bikinin saya surat rekomendasi untuk LPDP. Maka dengan tekat sekuat baja saya siapin bener-bener berkas saya jauh sebelum portal pendaftaran dibuka. Namun, Tuhan berkehendak lain. Di awal tahun 2017 kaya disetrum petir rasanya pas tahu LPDP hanya buka setahun sekali, bukan 4 kali setahun seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena batasan waktu yang diberi masih jauh sebelum pendaftaran LPDP, dengan berat hati saya lepas Umeå. 

Proses pendaftaran yang menurut saya paling ribet dan paling mahal. Ga ding, karena saya cuma keluar uang untuk pendaftaran uni ini aja, yang lainnya gratis. Pendaftaran uni di Swedia itu unik karena tersistem jadi 1 portal untuk pendaftaran ke semua Universitas. Sistem yang mirip dengan SBMPTN ya. Dengan biaya 900 SEK (sekitar 1.5 juta Rupiah), satu pendaftar bisa memilih hingga 4 pilihan universitas, jadi untung banget buat yang mau daftar banyak dan ga peduli jurusan pokoknya pingin kuliah ke Swedia, titik. Hahahaha. Silakan klik LINK untuk melihat portal pendaftarannya. Portal ini terakhir saya tahu pembukaannya setiap tahun sekali, dimulai pada tanggal 1 Desember sampai 15 Januari. Saran saya jangan mepet2 deadline, karena traffic nya super padat dan gampang macet. Silakan dicek di link yang sama ya. Semuanya tertulis lengkap disana. Oh ya saya dapet Unconditional LOA tangal 28 Maret. Jadi kurang lebih 2 bulan setelah deadline pendaftaran. Wah lama juga ternyata hahaha.

2. Erasmus University Rotterdam, Rotterdam, Netherland (Master of Science in Health Sciences)
Sampe sekarang ada rasa sesak juga di dada setiap inget uni satu ini. Karena program master nya menurut saya bagus banget. Terarah langsung ke banyak pilihan spesialisasi jadi tinggal pilih apa yang dimau.
Pendaftarannya pake website Studielink. Caranya gampang, tinggal ikutin aja alur di website nya.
Deadline pendaftarannya ada 2; 15 Januari (untuk numerus fixus) dan 1 Mei. Saya lupa tapi waktu itu saya yang mana. Dari website itu, bisa dilihat aplikasi kita lagi diapain, diterima, diproses, terus kalo dapet bakal berubah statusnya jadi accepted. Dulu saya nunggu lamaaa banget buat pengumuman uni ini. Sampe bete pokoknya.

3. Royal Tropical Institute (KIT), Amsterdam, Netherland (Master of Public Health)
Daftarnya gampang pake banget. Sama sih. Tinggal buka websitenya, daftar akun baru, upload berkas-berkas diatas, tunggu 2 minggu aja waktu saya dulu trus tau-tau dapet email LOA deh. FYI, Untuk tahun ini, deadline nya 1 Juli 2018. 

4. The University of Adelaide, Adelaide, Australia (Master of Public Health)
Australia adalah benua yang saya pikirkan pertama kali waktu saya bermimpi kuliah di luar negri. Tapi ternyata takdir berkehendak lain. Karena ga jadi daftar LPDP jadinya saya cari rejeki di Eropa dengan beasiswa eropa yang katanya lebih mudah ditembus. Kalau uni ini saya daftar pas lagi pingin tau kemampuan diri aja, jadi agak males dan ga berharap. Makanya waktu buka websitenya saya ga bener-bener baca dengan teliti dan karena males itu, langsung aja saya hubungi agen IDP. Saya email ke salah satu karyawannya beserta upload semua berkas pendaftaram saya, terus saya tinggal tunggu. Tanpa repot tanpa uang tau-tau seminggu kemudian LOA dikirim ke email saya hehe.

5. Heidelberg University, Germany (Master of Science in International Health)
Jujur. Saya takut banget waktu daftar uni ini karena ranking nya 45 sedunia. Saya takut setengah mati pokoknya. Puji Tuhan saya diberi rejeki untuk akhirnya sekolah disini saat ini. 
Oh ya untuk daftar uni ini ada syarat yang beda dari uni lainnya selain form aplikasi, yaitu bukti kerja minimal 2 tahun di ranah yang linier dengan program studi, dibuktikan dengan surat kontrak kerja dan rekomendasi dari atasan. Syukurnya pengalaman saya jadi research assistant di Public Health department di uni saya saat S1 selama 4 tahun dianggap cukup.
Pendaftarannya sama, lewat website institute dan 3 minggu setelah deadline pendaftaran, kalu lolos bakal dikirimin LOA lewat email. Deadlinenya untuk yang mau daftar dengan DAAD yaitu bulan Oktober tahun sebelumnya, untuk yang daftar lewat jalur umum deadlinenya April.

Oh ya. Uni lain yang akhirnya ga saya datengin saya kirimi email permohononan maaf dan saya jelasin alasan saya selengkap-lengkapnya, biar saya ga di blacklist dan kesempatan yg saya lepas bisa dikasih ke yg lain.
Semua uni yang saya daftar gaada syarat ujian/wawancara, cuma modal berkas aja. Semuanya gratis, kecuali untuk pendaftaran ke Swedia. Gampang banget to? Tapi emang tergantung jurusannya ya. Suami saya yang daftar molecular medicine harus ujian dan wawancara dengan setiap prof uni yang didaftar. Bahkan ada prof yang ngajak wawancara via Skype 4 kali. Hahaha.
Jadi intinya jangan takut duluan kaya waktu saya daftar Jerman ya. Percaya diri dan juga percaya bahwa semuanya sudah diatur dari sebelum kita lahir sama Yang Diatas. Biar pasrah, ikhlas dan ga ngoyooo. Kalau masih ada yang mau ditanya jangan sungkan untuk kirim email ke saya (melaniratih@yahoo.com). Good luck!😊