THE BACKSTAGE
there's so much going on
unspoken in the back
of the mind

November 05, 2013

kukerjakan bagianku yang terbaik, Kau selebihnya

Whatever is true, whatever is honest, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is kind, if there is any virtue, if there is anything worthy of praise, think on these things.” (Philippians 4:8, NIV)

What you think about determines the quality and direction of your life. Naturally, people who think positive, uplifting thoughts have happier, healthier, longer lives. They are less stressed, more vibrant and enjoy better sleep. That’s why the scripture encourages us to think on good things — things that are true, noble and lovely. Some translations say to “fix your mind” on them. When you fix your mind on noble things, you close the door to the negative voices and open your heart to allow God to work in your life.

Choose today to fix your mind on good things. Do whatever you need to in order to keep those good thoughts before you. Write them on note cards and put them in a place where you can see them. Confess God’s promises over your life and declare His blessing on a daily basis. As you fix your mind on the goodness of God, you will rise higher in every area of your life. You will be filled with His peace and victory, and you’ll see every dream and desire in your heart come to pass.

Vision

I often heard people telling you to always follow your vision. If you're facing two paths and don't know where to go, just remember, only follow what brings you closer to your vision.

I do understand that. However, no one has ever taught me how to find our own vision at the first place. Vision is different from a want. It's much bigger than that. It needs an ability to look far outside and deep inside to determine what you really want in your life. 

After all, I believe that human being is created for a specific reason. Each one of us came to this world carrying a duty that only that specific individual can fulfil.

October 11, 2013

together.we.can

Thank God for the whole arrangement.
It's not all about unyu-unyu and ayang-ayang things, we create dreams and push our limit to get it, together. For me, this is what love should be.
I fall in love with you, every day.

JR

September 22, 2013

Untukmu

Sekadar ingin kamu tahu,
bahwa semua kekuatan yang pernah saya punya ini
saya bangun bersama konstruksi pikiran paling rasional
yang saya miliki
saya susun berdasarkan fakta dan data yang benar-benar sungguh terjadi
saya lengkapi dengan segala hitungan probabilitas yang paling mungkin kita hadapi

Sekadar ingin kamu mengerti,
bahwa semua kekuatan ini saya pikir
akan menjadi tameng paling hebat
dalam rangka menjaga harga diri
dalam rangka menghilangkan ekspektasi yang terlalu tinggi
dalam rangka tetap menjaga kaki ini menginjak bumi

Tapi sepertinya usaha yang saya buat harus sia-sia
Perlahan tapi pasti, semua kekuatan itu luruh tanpa sisa
Hilang

Bahwa ternyata akhirnya saya sadar
Ini bukan lagi hal yang terukur dalam logika
Bukan lagi masalah harga diri berperang dengan rasa bangga

Dan akhirnya dengan ini saya menyerah
Terima kasih untuk membuka lagi mata saya untuk hal yang mereka bilang:
cinta

August 29, 2013

Think Again

Kadang, kita terlalu berusaha menjadi sempurna
Berusaha menjadi apa yang diharapkan,
memberi apa yang diinginkan,
menjadi jawaban apa yang diminta

Sayangnya, kita kemudian kecewa ketika kerja keras kita sia-sia
Apa yang kita pikir sudah yang terbaik ternyata belum cukup baik
Dan selalu, tidak akan pernah cukup..

Selalu merasa salah
Selalu merasa kalah

Yah.. pada akhirnya kita akan selalu lelah

Tapi kita nggak bisa menyalahkan siapa-siapa
Karena mata kita bukan mata mereka

Apa yang dilihat tentu saja akan berbeda
Mungkin saja saya melihat biru dan kamu melihat merah
Di sisi lain ada orang yang melihatnya ungu karena ia berada di tengah

Sekarang tergantung darimana kita melihatnya,
apakah itu kekurangan atau keunikan
apakah itu perubahan atau kepalsuan

August 20, 2013

The Oddity of Me

Honestly, I never know how broken I am till fairly recently. Apparently, I am more than just completely broken. Torn, hurt and full of negativity, I have grown such a bad attitude that annoyed so many people, especially him. Occupied with tons of questions in my mind, I began to develop an idea of what might be the reason I acted like a child that resulted in the title of this posting.

Yes, I found out, I have this oddity inside of me, in which I have numerous contrasting characters residing in my body. I can be very childish, yet mature. I can be very strong, but at the same time very weak. I can feel so pumped and energized while I also feel discouraged. To say I have multiple personality might be too farfetched, although this thesis is somehow going there.


Okay, now I am confused. Perhaps everyone is. I realized previously that I somehow show bipolar disorder syndrome, but I don’t think so anymore. The overlaying background is actually that I am independent in nature. I worked very hard to be where I am now. I experienced a lot of things to be knowledgeable.  But, when it comes to guys, I just lost my rationality. I become very emotional, if I can’t call it irrational. I suddenly become so weak and lame, I dare to sacrifice everything I have to just one person. This has been going on for so long, I suppose.


The strong me, the independent me, swiftly changes into someone she barely knew, a very different person that can be easily persuaded, but most importantly drown into feelings, and feelings only. Not a good sign, though.


What can you say? That’s my weakness. It is similar to what happened to Samson anyway, when he met Delilah. He just couldn’t stand her, in a positive way. He fell for her. That occurred to me too. Whenever I found someone I love badly, I think of nothing but him. Until today, I don’t know if it’s a good or bad thing.
With the devastation that came along, of course it’s not a good thing. Yet somehow it shows how devoted I am to someone, how sincere, and how deep the love I have for the special man. Oh, I wish he would notice.
So, I don’t even know whether I should stay single or should I be with men, since they are “dangerous” to me. Another confusion.


Honestly, all I ever want was to be understood, to be accepted for who I am. Don’t ever ask me if he did that, though, because I am not certain.

August 16, 2013

Ayo ratih,semangat dong.

It's easy to see what's other people great at than to see mine..it's just like when it's easy to see other's back, than to see my own back..other people's back look so big,strong,and unreachable.. but the other people think the same too..they see my back is as big and strong..it's harder to see our own back than to see other's..it's the same as we hardly see our own talents,or maybe something we can be proud of..we always see people's back so we always think that he/she is so cool with her/his talent,he can do anything,and he's so great..it's hard to be grateful..but dont worry, every person is blessed with talents and skills.. And maybe our time is not now,but later,maybe tomorrow,next week,and so on,until we can found something we can be proud of..enjoy our life..why spending time just to see other people's back? just try to train your own back,your muscle,and people will see that your back is strong and great..haha


June 16, 2013

Lari, lagi.

Benak tersentak, menyadari usia tidak lagi muda. Bayangan para kawan lama mengitarinya. Mereka sudah berlari cepat, berpencar arah menuju pintu masing-masing, meninggalkan warna sendiri yang sebelumnya tidak tampak mata.

Rasanya dia juga bukan hanya berdiri saja. Ia juga melangkah, hanya saja tidak dengan akselerasi yang sama. Ia melangkah, tapi berencana. Ia banyak melangkah, tapi berencana lebih banyak. Akibatnya, ia pun banyak berhenti juga dan besarlah jarak antara mereka.

Seketika ia merasa bodoh karena salah perhitungan. Ternyata ketika di kepala sedang berputar adegan masa depan, kaki ini baru beranjak sekitar satu jengkalan. Kebanyakan membayangkan berakibat tenaga keburu terengah, energi pun sudah mulai habis setengah. Lelah. Padahal, masih ratusan tapak menunggu jauh di sana, tapi masa juga berubah tanpa jeda.

Aduh, harus bagaimana?

Panik merasuk, membuatnya buta. Ia merasa percuma. Ia merasa..... gagal yang nyata.


"Sudah." begitu kata seorang yang menjadi tumpuan keluhnya. "Sabar. Tunggu saja waktunya. Sekarang memang belum saja."

Lelah, baiklah ia pun berhenti sejenak, mengistirahatkan diri meluruskan akal. Perlahan, dibukalah kembali kotak pikiran. Ia coba pisahkan, mana yang mimpi dan mana yang terpercik karena rasa iri.

Sabar. Ia meyakinkan jiwanya yang sempat pudar. Mungkin bukan sekarang saatnya ia berpendar.

Sesaat setelah ini, pasti ia akan berlari. Lagi.

June 12, 2013

Couldn't Be Any Happier

Terimakasih banyak B8, B9 lama, B9 baru, AXON, dan anak-anak kontrakan pojok, maaf karena ucapan terimakasih saja tidak cukup membalas semuanya, untuk itu saya mohon pertolongan Tuhan buat membalaskan kebaikan kalian.
I'm the luckiest birthday girl today :)
otak dibalik semua tetesan air mata hari ini,hehe. I woof you, Mas

Melani RM,18 years old

June 08, 2013

I miss the old me

Who don't know that much, so i could do things sincerely without any unnecessary thoughts
Who can smile easily, out of my heart
Who didn't expect to much on people, but put all her hope in God alone
Who saw all she got, rather than what she didn't
Who just follow her heart in doing things, and get more than what she expected
Who can humbly do what she can do
Who has brought me here. As I am right now

June 07, 2013

@dibandaneira


Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah
Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari
Semesta bergulir tak kenal arah
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan
Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

June 01, 2013

*fingers crossed*

Today, I realized something of importance. Although the notion of "growing up" has been embedded within my head, the realization is not as easy as I thought before. Even more, I thought I am a grown up. Well, according to my age, I am supposed to be mature enough. Yet, among all friends, in facing many circumstances, it is very often that I acted like a child; emotional, reactive, careless and worst, brainless.

It is not a surprise that I thought of suicidal most of the times I feel devastated, especially in romance. Stupid? I perhaps am; or maybe definitely am. I won’t deny.

So, this morning, I just feel like my problem is cracking my head. Nobody said composing a thesis would be easy; people would tend to love if there’s any help offered. So do I.

I was very glad that my genius man was just discussing to help me build a great case of research. Unfortunately, it turned out nothing like I had imagined before. I know that he ‘likes’ to be in control, but nothing like this. He wanted me to follow exactly everything he wanted me to do, without any further discussion. Nothing at all.

My concern is more that I want him to believe in me too. I want him to give me some portion of decision-making, so that I can gain a little bit of confidence over what I was about to submit. You know, every thing he said is like a constitution; black at the top of the white, no bargaining whatsoever; do it or die for the punishment.

However, when I was about to tell my friend about the frustration I am going to (like I used to couple of months before), suddenly I hesitated. I knew he wouldn’t like me saying anything bad about him to my friends or relatives (basically anyone), so I stopped abruptly.

Out of nowhere, I began to think of it positively. I tried to change my perspective. I attempted myself to take a look at this as a form of affection, sacrifice, and hope. I should have been very thankful for having a mentor just like him.

I found faith, as one thing that will remove all doubts and negative impositions. Faith is indeed the foundation.

Despite the fact that sometimes I feel deceived, I have doubts in my heart, I can’t stop believing in this special man, without really knowing the reason why.

Maybe, I just want to. Maybe, I just am growing up. 

May 30, 2013

F5



A refreshing moment
Needs not to be special
Needs not to be fancy
Only has to be experienced

Thus
That has to be created
Without expectation without reason
Go out fishing
Eat something yum
Play a trumpet
Go for a walk

May 19, 2013

Kok kalah?

Dalam sebuah kompetisi, akan selalu ada yang menang dan kalah. Itu namanya mutlak, hukum alam, nggak bisa diganggu gugat. Dan biasanya untuk membesarkan hati ke yang kalah, kemudian akan muncul nasihat yang berbunyi "yang penting bukan menang atau kalahnya, yang penting kita udah kerja semaksimal yang kita bisa".

Mungkin menjadi kalah itu emang nggak buruk. Yang bikin itu terasa buruk ketika yang kalah nggak bisa menerima kekalahannya.

Biasanya, setelah luapan kemarahan dan kekecewaan muncul (ada yang menyumpah serapah, ada yang menghabiskan air mata, ada yang menyalahkan sekitarnya), pertanyaan-pertanyaan akan muncul. Pertanyaan dimulai dengan kata "kenapa", dan diikuti dengan subjek: si yang kalah itu sendiri dan si pemenang.

Kenapa saya kalah?
Kenapa dia yang malah menang?
Kenapa saya nggak pernah menang?

Mungkin itu teguran, biar nggak sombong. Seenggaknya jadi tau bahwa kerja keras yang udah dilakukan belum cukup untuk memperoleh hasil yang maksimal. Seenggaknya bisa belajar untuk ke depannya. Seenggaknya bisa punya motivasi untuk mengembangkan diri.

Mungkin menjadi kalah emang nggak buruk, andaikan saya bisa berpikir sepositif tulisan saya ini. Ups.. Jadi curhat. Hahaha.

April 28, 2013

Do I deserve this?

I don't really know what to feel. Somehow I think every thing that happened to me was unfair. Yet, another part of me senses that it is what I deserve for each wrongdoing. I want to escape from all these. I am suffocating, I can't breathe. 

April 19, 2013

Hey! kamu dapat salam

Aku ini si mahluk yang banyak dibenci orang. Tapi juga disayang. Aku cepat. Bisa meliuk-liuk melintasi si garis abu-abu. Seakan-akan, aku lah raja. Bisa bergerak dan berhenti semauku.
Banyak kejadian indah terjadi karenaku, tapi tak jarang keberadaanku memberi kesempatan orang bertindak jahat.
Kadang aku sebal. Ingin berteriak rasanya. Bebanku terlalu berat, kadang dipaksa melebihi kemampuanku. Sampai aku terbatuk-batuk. Tapi tetap saja aku harus berjalan. Tapi tak apa. Melihat senyum mereka aku sudah senang. Apalagi melihat tuanku yang berbahagia... Aku banyak belajar darinya. 

Tanpa dia aku tidak bisa apa-apa...

Salam,
Angkot


April 16, 2013

New Me

Today, I realized something of importance. Although the notion of "growing up" has been embedded within my head, the realization is not as easy as I thought before. Even more, I thought I am a grown up. Well, according to my age, I am supposed to be mature enough. Yet, among all friends, in facing many circumstances, it is very often that I acted like a child; emotional, reactive, careless and worst, brainless.

It is not a surprise that I thought of suicidal most of the times I feel devastated, especially in romance. Stupid? I perhaps am; or maybe definitely am. I won’t deny.

So, this morning, I just feel like my problem is cracking my head. Nobody said composing a thesis would be easy; people would tend to love if there’s any help offered. So do I.

I was very glad that my genius man was just discussing to help me build a great case of research. Unfortunately, it turned out nothing like I had imagined before. I know that he ‘likes’ to be in control, but nothing like this. He wanted me to follow exactly everything he wanted me to do, without any further discussion. Nothing at all.

My concern is more that I want him to believe in me too. I want him to give me some portion of decision-making, so that I can gain a little bit of confidence over what I was about to submit. You know, every thing he said is like a constitution; black at the top of the white, no bargaining whatsoever; do it or die for the punishment.

However, when I was about to tell my friend about the frustration I am going to (like I used to couple of months before), suddenly I hesitated. I knew he wouldn’t like me saying anything bad about him to my friends or relatives (basically anyone), so I stopped abruptly.

Out of nowhere, I began to think of it positively. I tried to change my perspective. I attempted myself to take a look at this as a form of affection, sacrifice, and hope. I should have been very thankful for having a mentor just like him.

I found faith, as one thing that will remove all doubts and negative impositions. Faith is indeed the foundation.

Despite the fact that sometimes I feel deceived, I have doubts in my heart, I can’t stop believing in this special man, without really knowing the reason why.

Maybe, I just want to. Maybe, I just am growing up. 
*fingers crossed*

April 15, 2013

soon to be

Mereka bilang itu ambisi
Saya bilang ini mimpi

Dan akan saya buat menjadi nyata

April 14, 2013

Another Cover


oke ini blog saya, jadi saya berhak nulis apa saja, termasuk mempermalukan diri sendiri dengan mempost rekaman fals ini hehe :) berhati-hatilah, anda sudah diperingatkan.

April 10, 2013

Si Penakut

Saya akui, saya orang yang pesimis.. atau tepatnya negative thinking. Setiap ada suatu hal baik yang terjadi, di balik sana pasti ada suara di kepala saya yang selalu memunculkan kata "tapi...". Kelanjutannya? Beragam dan umumnya bukan sesuatu yang menyenangkan.

Ah, saya ini penakut. Saya takut tertawa karena seringkali, ketika saya tertawa dan begitu bahagianya hari ini, esok saya harus membayarnya dengan kesedihan yang juga sebegitunya. Nggak cuma sekali saya mengalami itu dan hal tersebut menyebabkanmindset ini terus ada dalam benak saya.

Saya juga selalu takut jika apa yang saya kerjakan bisa begitu lancar dan tanpa hambatan. Pasti ada sesuatu yang menunggu saya di depan sana dan biasanya hal itu bukan hal yang mudah untuk dilewati. Terlalu.. terlalu aneh untuk saya bisa melakukan semuanya dengan smooth. Dan memang begitu biasanya.

Bukannya saya nggak pernah bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang. Saya bersyukur, sungguh, karena saya nggak tau sampai kapan ini semua akan masih menjadi milik saya. Saya selalu ingin membahagiakan orang-orang di sekitar saya seperti mereka membuat saya bahagia.

Hanya saja, saya justru selalu mengacaukan semuanya. Ah, curhat. Haha..

Mungkin ini saatnya saya memperbaiki semuanya. Tapi saya takut saya nggak punya cukup waktu...

April 09, 2013

Proses vs Hasil

Dari dulu saya selalu terganggu dengan dua hal itu. Dan entah kebetulan atau apa, saya sedang dihadapkan dengan situasi di mana pemikiran ini muncul lagi di permukaan.

Saya baru aja melewati minggu ujian akhir ketika teman-teman dari kampus lain sudah heboh membicarakan angka indeks prestasi. Ada yang bersyukur, ada yang berlomba merendahkan diri. Pameran antarkampus juga nggak terelakkan. Mereka saling membandingkan. Dan meskipun nggak tersurat, kemungkinan besar akan muncul rasa bangga ketika temannya di kampus lain memiliki nilai yang lebih buruk.

Siapa yang peduli kita belajar mati-matian, nggak tidur semaleman, rajin dengerin dosen, punya catetan super lengkap? Yang diliat IPnya, apa di atas 3?

See? Intinya semua tentang hasil.

Ketika orang bijak bilang, "proses itu penting",
lalu di mana aplikasinya?
Cara orang menilai masih deduktif. Melihat hasil dulu, baru dirunut detail kerjanya.
Sedikit banget orang yang bisa menghargai proses kerja seseorang. Mungkin ada, tapi ketika ternyata hasilnya nggak sesuai harapan, proses di belakangnya jadi sia-sia.

Jadi, sebenernya di mana yang lebih penting? Apa nasihat itu masih bisa saya anut untuk kehidupan saya di masa mendatang?

April 08, 2013

Terkadang

Ada satu fase di mana kita cuma butuh waktu sendiri. Memilih minggir ketika semua sibuk berlarian mencari kesenangan. Memilih ke sudut ketika yang lain menyerbu ke tengah. Menghitung lambat setiap detik yang terlewat. Menikmati perubahan sudut bumi ketika ia berputar pada porosnya. Menyerapi perubahan volume udara di ruang yang tidak kosong itu.

Tenggelam dalam sepi. Bukan untuk sedih tapi untuk memahami.
Terpejam. Melatih indera peraba bekerja lebih ekstra. Memaksa indera pencium peka terhadap aroma. Mendorong indera pendengar berlatih mendengar nada yang nyaris tak bersuara.

Tenggelam dalam sepi. Bukan untuk sedih tapi untuk berpikir.
Terpejam. Melihat dalam diri tentang apa yang harus dikoreksi. Mereka-reka bentuk kehidupan apa yang ingin dimiliki. Membentuk imaji tentang bahagia yang selama ini abstrak dan tak bernyawa.

Tenggelam dalam sepi.
Bukan untuk sedih tapi untuk menyendiri.

April 07, 2013

Blessed

Hai. Mau cerita.
Di desa mbah (nenek) ku satu-satunya yang belom di pundhut sana, daerahnya tergolong miskin dengan rata-rata penduduk menengah kebawah yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. Jadi bisa dibayangkan bukan  bagaimana beratnya beban jika ada salah satu keluarga yang sakit dan membutuhkan biaya mahal untuk pengobatan.
Sebut saja ibu A tetangga mbah di desa, beliau terkena HNP atau yang biasa org awam bilang, saraf kejepit. Oleh dokter yang mendiagnosa dirujuk untuk operasi, mendengar kata operasi tentu saja ibu A dan keluarga ketakutan dengan biaya yang harus dilunasi. Di perjalanan pulang ibu A bertemu dengan seseorang yang sebelumnya menderita penyakit yang sama. Orang tersebut menyarankan ibu A supaya berobat ke salah satu rumah sakit negeri di Solo, orang tersebut juga menceritakan biaya untuk operasi yang harus ia lunasi, 90juta.  Yup, sembilan puluh juta rupiah. Sadar akan kondisi keuangannya, ibu A memilih untuk membiarkan penyakitnya.
Satu minggu kemudian datang mobil ambulans ke rumah ibu A, menjemput ibu A ke rumah sakit negeri. Oleh perawat ibu A disuruh untuk berkemas karena beberapa hari kedepan beliau harus tinggal di rumah sakit, setelah operasi selesai. Dan tanpa diduga sebelumnya, biaya operasi ibu A sudah dilunasi oleh seorang donatur yang ternyata adalah orang yang ia temui dan yang memberikan saran supaya ibu A di operasi di rumah sakit negeri tersebut.

Jengjengg. Panjang ya?
Itu adalah kisah nyata tanpa bumbu-bumbu palsu sedikitpun. Inti dari cerita itu, setiap keluarga memiliki masalahnya masing-masing. Baik kesehatan, keuangan, keharmonisan dalam rumah tangga, kesulitan dalam mendidik anak-anak, dan sebagainya. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, bersyukurlah dalam setiap berkat yang kamu terima, sekecil apapun, karena mungkin diluar sana seseorang sangat mendambakannya. Dan berkat Tuhan kita rasakan melalui tangan orang-orang di sekitar kita. Jadi terbukalah, supaya berkat itu datang dengan mudah, dan selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah memberikan masalah tanpa memberi kita cara untuk menyelesaikannya.

March 25, 2013

Fly!



I wanna fly away,
High...higher...and to be the highest eagle to fly in this rounded-planet, named earth. 
I wanna go across the distance,
Killing seconds, minutes and hours that i had left at this rounded-ticking thing, named clock.
I wanna run,
Fast...faster...and to be the fastest woman alive that could run in this compiling continents and islands, named world.
I wanna be just like a kite without nylon string that flew high at that blue sky above,with the helping of the blowing wind surround it,
Yeah, surely, I'll be that eagle-kite.

March 20, 2013

Desperation

I lived in my imagination.
I construct it with my illusion.
I colour it with my memory.

I lived in my imagination.
I build my own blurry boundaries between what is real and unreal.
I create my own cycle that cannot be determined by time.

I lived in my imagination.
Often pretending to hug a surreal figure.
Embedded my self to my own fantasy land way behind my consciousness.

I lived in my imagination.
Playing in my own sandy box with my imaginary friend.
Singing along with arrhythmic tone.

I lived in my imagination.
Where i can hide in my own treasure box.
Bury it and guessing who will found me a decade from now.
This is surreal, this is unreal, this is a dream.

should i open this box and going out to retrace the reality?

March 17, 2013

Chapter 1.0: Introspection

This is another chapter of my life, with an underline title, named introspection.
"when light arosed at the early of your beautiful day, it must be dark covered it up in order to ended the day."
We lived in a multicolored world. Indeed our life is changing, like a kaleidoscopic color, which can only seen through a kaleidoscope. Sometimes it is fading out, becoming pale. Turned the multicolored to the monochrome. If you are the panchromatic person, you can really feel the changes, even a slight variegation.
It is like chromatic color turns to achromatic color.
Like us,
Mistakes.
Fools.
Indeed turns our life upside down. It is like a two-faced coin, we never know exactly when we'll be plunged into a hole named, mistake. The chromatic color-life that we lived in suddenly rolls down and causing us stuck in achromatic color-life. At that moment, we're covered up in silent. Sat quietly, mused. This is the chapter of our life, named introspection.
And yeahhh, i am now currently there. Living in this achromatic color, struggling to pull out my self from this hole. Still trying to color up my self.

March 16, 2013

Mau nasi goreng?

*tek tek tek tek* (tukang nasi goreng lewat depan rumah)
"Mau nasi goreng?"
"Nggak, kalo kamu yang masakin baru mau"
"Emm"
"Ngapa? Soswit?"
"Nggak"
"Yaudah kalo ga soswit"
"Kita ga jelas mas"
"Yaudah yang penting aku ngomongan sama kamu, aku seneng"
"Hehe. Yang penting hubungan kita jelas"

Thank you for being my partner in crimemy motivator, my bestfriend, for being there for me anytime I need you, mas.
Thank you for being mine.

Amin

By the time I finally turned 30, I want to make my parents proud not for the quantity of money I could give them, but for the quality of person I’ve became. And that’s a promise that I’ll carry on my whole life with until I fulfill it.
- Melani Ratih M.

March 15, 2013

Go Ahead

I just realize a second ago, that we all, living things are trapped in a huge circular time dimension, named cycle.
although I did know it for years ago, but I just realize now, that what we've been through these times will be repeated but in different times and events. nothing will be the same,neither our age nor the people who used to be with us, but what will be happened is similar.
can you get it?
neither do I, I don't understand what I wrote, but sure I believed that im now trapped in a cycle of life. and I enjoy it :)

February 08, 2013

Walk in my shoes? Jalan pake sepatuku?

Dan seperti biasa, post ini gak akan menceritakan apapun yang benar-benar signifikan dengan judulnya. Hanya berusaha membuat koneksi antara kejadian-kejadian yang baru terjadi, atau yang kemungkinan akan terjadi.
So…..
Seiring berjalannya waktu, gak terasa banget ini udah jadi tahun keduaku. Tak lama kemudian, jadi tahun ketiga, keempat, dan nantinya koass. Nah!
Mungkin memang masih lama, tapi strategi-strategi belajar harus diterapkan, seperti nyicil bahan ujian jauh hari sebelum kuliah pun masuk. -Yeeah, I’m bored in this holiday.-
Ada yang bilang kuliah di fakultas kedokteran itu susah, ada pun yang bilang gampang, dan tak lupa ada juga yang bilang susah-susah gampang. Perspektif orang jelas jauh berbeda, bagaimana dengan perspektifmu? Perspektifku?

Sama halnya seperti kehidupan, setiap orang didalam sebuah cerita kehidupan, mempunyai perspektif-perspektif sendiri bagaimana mereka memandang “cerita” mereka dalam arti yang berbeda-beda. Misalnya, ada 3 orang terlibat dalam cinta segitiga -bukan pengalaman pribadi-, di pihak yang tidak sedang menjalani hubungan resmi dengan yang ia idamkan pasti akan lebih sabar menanti dan “membenarkan” semua perbuatannya hanya untuk berada di dekapan sang pujaan hati. Dan ketika pihak yang merasa terganggu akan kehadiran sang pihak yang mengidam-idamkan pasangannya pun akan mengecap orang tersebut sebagai orang paling “hina” -kasarnya begitu- didalam dunia ini.
Itu hanya contoh yang simple, bahkan sering kita jumpai didalam kehidupan kita. 

Agar tidak terperangkap dengan perspektif-perspektif orang akan tindakan-tindakan yang sekiranya kita anggap benar, karena kita semata-mata mengikuti kata hati, hati nurani kita, kita harus bisa menyusun strategi-strategi. Sama halnya pula ketika kita menghadapi ujian.

"Stop thinking what others think, but feel what others feel.
It might help you become to another person.
But, if that doesn’t help you at all. 
Try walk in my shoe, and you’ll understand"