THE BACKSTAGE
there's so much going on
unspoken in the back
of the mind
Showing posts with label Kehidupan Kuliah. Show all posts
Showing posts with label Kehidupan Kuliah. Show all posts

April 12, 2021

Why and How: Pengalaman Penelitian saat S1

Pengalaman penelitian sangat dicari terutama jika kamu berada di bidang yang berhubungan dengan medis atau kesehatan. Bahkan jika kamu tidak ingin mengejar "karir penelitian", mendapatkan pengalaman penelitian selama S1 adalah cara yang bagus untuk mempelajari keterampilan baru dan juga akan terlihat keren di CV. Tulisan ini akan membahas mengapa pengalaman penelitian saat studi S1 itu penting dan bagaimana cara mendapatkannya, terutama untuk mahasiswa kedokteran.

Why gain research experience?


Kesempatan emas untuk mempelajari keterampilan utama seperti organisasi, kerja tim, critical thinking, perencanaan dan manajemen proyek, pemecahan masalah, dll.

Explore career directions dengan terlibat dalam berbagai aktivitas penelitian dan berbicara dengan profesional yang berbeda untuk mengetahui apa yang kamu sukai.

Pengalaman kerja. Poin ini sangat penting untuk diperhatikan karena jika ingin melanjutkan studi dengan beasiswa, pengalaman kerja adalah salah satu poin yang menjadi poin penilaian. Pengalaman penelitian ini dapat dihitung sebagai pengalaman kerja (jangan lupa minta kontrak resmi) sehingga sehabis lulus S1, kamu bisa langsung mendaftar beasiswa S2 yang diinginkan.

Looks great on your CV! Ini menampilkan kegiatan ekstrakurikuler dan inisiatif dalam memperoleh peluang baru yang berkaitan dengan bidangmu. I used a lot of examples from my undergraduate research experience for my applications, they are great conversation starters.

Get to see how evidence-based medicine works and how it relates to your medical or health field. This will open your mind to the role in research in medicine and health and in healthcare. You are likely to use research in some aspect of your career, so knowing the basis of research puts you at an advantage in understanding the application of experimental techniques and clinical uses.

Bekerja dengan akademisi dan peneliti klinis untuk membangun jejaring. Membangun jejaring adalah kunci di setiap bidang dan kamu akan terkejut bahwa bertemu orang yang berbeda dari disiplin ilmu yang berbeda di bidangmu akan menjadi nilai yang luar biasa.

Peluang publikasi! Terlibat dalam penelitian, apakah itu peran kecil atau besar, kemungkinan besar akan membuat namamu tercantum pada publikasi yang merupakan mata uang utama dalam karir akademis.

You will learn something new! Dulu saya belajar banyak sekali tentang infectious diseases and health policy, meskipun itu bukan bidang saya sekarang, tetapi itu sangat menarik dan saya bisa masuk ke percakapan tentang aspek-aspek topik ini.


How to gain research experience?


Network, network, network!!! Semakin banyak orang yang kamu ajak bicara dan dekati, semakin besar kemungkinan kamu mendapatkan peluang penelitian. Hadiri konferensi, seminar, kuliah di bidang yang kamu minati dan bicaralah dengan akademisi dan peneliti yang berbeda. Tunjukkan minat dan selalu minta detail kontak mereka sehingga kamu dapat menindaklanjuti percakapan melalui email.

Hubungi dosen, tutor pribadi, dan anggota fakultas lainnya secara pribadi. Ini adalah cara yang saya lakukan untuk bisa sampai di titik di mana saya berada sekarang. Saat kuliah S1, saya menghubungi seorang dosen untuk menanyakan adakah proyek penelitian yang membutuhkan tenaga saya sebagai asisten penelitian. Beliau dengan sangat baiknya membalas pesan saya tersebut dan sejak saat itu saya menjadi asisten penelitian beliau selama 5 tahun. Hingga saat ini dosen tersebut adalah mentor saya.

Explore opportunities di lembaga luar universitas atau universitas lain yang mungkin membuka peluang penelitian. Khususnya di luar negeri, banyak akademisi, mahasiswa PhD dan pasca-doktoral mencari mahasiswa sarjana untuk membantu beberapa aspek penelitian mereka, dan mereka akan mengambil mahasiswa dari universitas yang berbeda. Manfaatkan ini dan carilah peluang ini secara aktif.


Meskipun peluang penelitian mungkin terbatas saat ini karena pandemi COVID-19, penelitian terhadap penyakit lain masih berlangsung, apakah itu terkait COVID-19 atau tidak, kamu bisa mendapatkan pengalaman ini! Lab dan universitas perlahan dibuka dan akan mencari peneliti mahasiswa karena penelitian selalu tinggi permintaannya. Kamu juga dapat menemukan lebih banyak peluang penelitian jarak jauh yang juga sangat berguna, jadi jangan lewatkan. Mendapatkan pengalaman penelitian selama program sarjana sangat berharga dan merupakan sesuatu yang saya rekomendasikan kepada semua siswa untuk melakukan bidang apa pun yang kamu geluti.

May 08, 2019

S3 di Jerman

Kemarin adalah salah satu hari terberat dalam hidup saya. Suami saya berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studi S3 dan kerja. Doakan saya bisa segera berangkat dan menyusulnya ya :(

Studi dan kerja? Sekaligus? Iya, suami saya berhasil lolos seleksi dari universitas untuk bergabung di proyek penelitian salah satu profesor di Medizinische Fakultät Mannheim. Di proyek itu, suami saya akan bekerja sebagai peneliti yang langsung dibawahi oleh profesor kepala labnya, digaji, mengerjakan proyek penelitiannya sendiri selain yang dikerjakan untuk profesor, dan saat selesai nanti (tiga sampai empat tahun kemudian) akan defence disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor (bisa Dr.med, Dr.rer.nat, atau Dr.sc.hum).

Kok bisa dapat kesempatan seperti itu? Jawabannya sama seperti saat S2, daftar! :)
Suami saya adalah orang yang super gigih. Dia rajin banget browsing di website universitas dan website untuk jobseeker seperti www.findaphd.com, www.jobbnorge.no/search, www.euraxess.de, www.academics.com, Indeed, LinkedIn, dan lain-lain. Kalau saat mencari tempat studi S2 dulu, kami sering banget ikut seminar dan pameran pendidikan luar negeri. Dari pengalaman itu lah, kami jadi melek dan tahu betul apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan mimpi kami.

Melanjutkan studi S3 dan jenjang lain yang lebih tinggi adalah cita-cita suami dan saya sejak masih S1 dulu. Seiring berjalannya waktu, ribuan jam browsing dan tanya-tanya pendapat orang lain, ternyata Jerman lah yang menjadi pilihan kami (lagi). Kenapa Jerman? Lain kali aja ya saya ceritanya hehe.

Sekarang saya coba jelaskan perbedaan skema-skema studi S3 di Jerman ya. Semoga penjelasan saya mudah dipahami. Berikut struktur studi S3 di Jerman:

1. The traditional PhD (saya):
  • Bikin proposal penelitian sendiri, independently
  • Cari seorang prospective supervisor (Doktervater/Doktormutter) yang bekerja di bidang penelitian yang sesuai, hubungi, minta kesediaan beliau membimbing penelitianmu
  • Saya tekankan lagi, mahasiswa harus work independently karena di skema ini supervisor (biasanya hanya satu orang) akan memberikan input yang sangat sedikit. Sisanya, you have to figure it out yourself
  • Di struktur ini, PhD bisa dilakukan di universitas, organisasi non-universitas, maupun di institut penelitian di Jerman
  • Fleksibel. Tidak ada kewajiban mengikuti kelas, deadline, dan kurikulum. Mahasiswa hanya perlu fokus menyelesaikan penelitiannya dan menulis disertasi
  • Biaya: studi S3 di Jerman GRATIS. Tapi ada biaya administrasi (sekitar €200/semester), harus punya dana untuk penelitian, dan kita harus punya uang dong untuk menghidupi diri dan keluarga. Berikut dua kasus yang memugkinkan kita untuk mendapatkan biaya hidup:
    • Beasiswa: puji syukur saya mendapat beasiswa German Academic Exchange Service (DAAD) yang bisa mendanai studi saya hingga empat tahun (€1200/bulan). Skema beasiswa lain yang bisa dicoba yaitu Katholischer Akademischer Ausländer-Dienst (KAAD). Beasiswa KAAD terbuka untuk umum. Tidak hanya untuk yang beragama katolik.
    • Research grant: jika profesormu sangat tertarik dengan proposal penelitianmu, beliau akan membantu menulis grant proposal untuk mendanai penelitianmu. Berikut lembaga-lembaga pendanaan begitu baiknya mendukung penelitian menghidupi banyak peneliti di Jerman: German Research Foundation (DFG), the European Union, Fraunhofer Gesellschaft, The Helmholtz Association, The Leibniz Association, The Max Planck Society, Alexander von Humboldt Foundation, dan lain-lain
  • Ujian: di akhir periode studi, doctoral candidate harus submit disertasi, presentasi lisan, dan defence hasil studinya di depan setidaknya dua orang profesor di bidang yang berkaitan. Di Universitas Heidelberg, saat defence ini mahasiswa juga akan diuji pengetahuannya di tiga bidang ilmu yang berkaitan dengan disertasi
2. Structured PhD (suami):
  • Sistemnya kaya cari kerjaan. Cari lowongan S3 di grup-grup penelitian yang kamu minati di institut penelitian/universitas, cek requirements nya dan sesuaikan sama kemampuan diri, kalau cocok bisa langsung apply untuk posisi itu tanpa bikin proposal penelitian terlebih dahulu
  • Seleksinya SUPER KETAT! Lebih ketat dari beasiswa. Karena dari ratusan pelamar, hanya 5-10 yang diundang wawancara, dan pada akhirnya hanya SATU ORANG yang mendapat pekerjaan ini
  • Biasanya lebih berorientasi internasional dan berbahasa inggris
  • Mahasiswa harus mengikuti beberapa courses dan pelatihan dimana di setiap courses/pelatihan itu mahasiswa juga akan diuji
  • Selain bekerja individually untuk disertasi, mahasiswa harus bekerja dalam tim dan berkontribusi untuk penelitian di grup penelitian dengan anggota yang lain
  • Mahasiswa akan dibimbing oleh team of supervisors. Biasanya terdiri dari profesor ketua grup penelitian dan mahasiswa post-doc beliau
  • Mahasiswa akan mendapat soft skills dan hard skills yang akan berguna untuk kehidupan kerjanya nanti, seperti menulis research proposal, grant proposal, presentasi di conference, mengajar mahasiswa S1, hingga membimbing penelitian thesis mahasiswa S2
  • Biaya: grup penelitian di Jerman dibiayai oleh lembaga-lembaga pendanaan riset yang sagat banyak tersedia di Jerman. Jadi selain studi gratis, mahasiswa S3 akan mendapat gaji yang besarannya sudah ditentukan saat pembukaan lowongan pekerjaan (€1.000-1.400/bulan). Namun, gaji bisa meningkat jika kerja mahasiwa sangat baik dan berkontribusi besar terhadap penelitian grup
  • Ujian disertasi sama dengan tipe tradisional
  • Output: karena bekerja dalam tim, bisa jadi pengalaman penelitian dan research papers ketika lulus bisa jadi lebih banyak dibandingkan yang tipe tradisional. Tapi semua tergantung mahasiwanya dong. Bisa saja yang mahasiswa struktur tradisional punya output yang lebih besar :)

Oke. Segitu dulu yang bisa saya ceritain sekarang. Semoga lancar persiapannya untuk teman-teman yang ingin menimba ilmu di Jerman juga. Seperti biasa, boleh email saya kalau mau diskusi dan tanya-tanya lebih lanjut ya (email: melaniratih@yahoo.com).

Tschüss!

August 07, 2012

Think Big&Act Big

Possibility itu selalu ada, dan kadarnya bertambah seiring dengan usaha yang kita lakukan. Kalo cuma diem aja mengharap kesempatan datang di depan mata pun, kemungkinan tetap ada, tapi sangat kecil dan nggak tahu kapan.
Seiring bertambahnya umur, disadari atau enggak, pikiran jadi semakin realistis. Bisa dibentuk dari faktor lingkungan (keluarga dan teman), nilai-nilai sosial, cara kita menilai diri sendiri, dan pengalaman (best teacher). Berpikir realistis itu baik. Tapi kalo belom apa-apa udah membatasi diri with so many limits, we'll believe that things are really impossible. Kita juga bakal ngeluarin banyak excuse demi untuk nggak memulai sesuatu. Like, I'm too busy, it's too hard, I've failed before, etc. Padahal, we just have to start it and want it bad enough to actually achieve it.
Everything starts from a dream.
Nah disini letak permasalahannya. Mimpi. Semua orang bisa bermimpi. To have a great dream is damn easy, anyone can put their amazing dreams into their plans blanket. But they often forget to have struggle to make it real. They just want, but no effort's consisted. And, the higher your dream is, the more expensive you'll cost. Not about money, but the sacrifice.
I'm telling myself about these too :').
It’s good to be both a starter and finisher. But, it’s difficult to be both, so if you have to pick, choose to finish. Choose to show up every day until the job is done. Choose the pursuit that appears more boring on the surface, but has richer rewards in its depth. Choose to stick with a plan even if it isn’t paying out immediately. Choose to be consistent. Choose to be a FINISHER.
Terakhir,
Don't be afraid to think big dan jangan ndengerin kata orang lain yang bilang "nggak mungkin" ke kita. They have set their own limit, not ours.
The possibility is there, you just have to try and work on it. Dengan konsistensi, serius, nggak ada yang nggak mungkin.
Nothing is impossible, the word itself says 'I'm possible'.

July 28, 2012

Balada Refresh Pffft-site

Menyesal bukan karena kegagalan, menyesal bukan karena kekalahan, menyesal bukan karena semata-mata kesalahan. Penyesalan yang sebenarnya adalah karena kita telah kehilangan kesempatan untuk meraih apa yang kita inginkan. Karena kesempatan atau waktu adalah suatu realitas absolute yang tidak bisa mundur kembali ke belakang... seperti kaset yang bisa diputar ulang.
Di sini tidak ada lagi Andaikata. Andaikata ini, andaikata itu maka saya akan begini atau begitu. Karena kesempatan sudah lewat. Andaikata hanya berlaku bila sesuatu belum terjadi, sehingga kita bisa memilih.

The Doctor by Triharnoto

July 23, 2012

Sesuatu yah...

"Kamu masih sekolah apa udah kuliah?"
"Kuliah"
"Semester?"
"Mau naik ke semester 3"
"Ooh, di mana?"
"Di FK UNS"

"Wah! Udah pernah motong mayat?"
"Hmm, belom"
"Gimana sih rasanya kuliah di FK?"


Percakapan di atas adalah suatu template percakapan yg sangat mungkin terjadi antara variabel ‘seseorang’ (bisa jd orang tua teman, saudara, tetangga, atau bahkan orang yg kebetulan baru ketemu di jalan) dengan ‘mahasiswa FK’.
Dari sini biasanya pembicaraan akan berlanjut dimana si penanya akan menggali informasi lebih dalam dan lebih dalam lagi. Bagi sebagian orang, entah kenapa mahasiswa FK ini adalah “makhluk unik bin ajaib”.
Betapa tidak, mahasiswa FK tidak jarang diserbu dengan pertanyaan “Udah pernah motong mayat?”, “Udah pernah nyuntik orang?”, “Kalo liat orang berdarah-darah gitu, serem nggak?”, “Eh, ini kaki saya kok suka gatel-gatel, kenapa ya?”, sampai dengan “Kamu udah punya pacar belom, kalau mau nanti tante kenalin sama anak tante.”.

Dan kami tentu jarang banget dapet pertanyaan seperti “Udah nyobain windows 7 belom? Saya udah coba tapi kok nggak stabil ya..”, “Udah pernah ikut ke pengadilan belom? Menurut kamu gimana dasar hukum tentang kasus xxxx?”, “Kak, aku bingung. Kenapa ya setiap angka yg dibagi 0 hasilnya jadi tidak terdefinisi?”, atau “Kalau kamu ngeliat harga saham naik-turun gitu, kamu jadi merinding nggak?”

Dari pengalaman saya sendiri, orang bilang kuliah di FK itu susah dan super sibuk. Beberapa langsung dengan semena-mena memberi label ‘berani’ pd anak FK, lagi-lagi hubungannya dengan motong mayat (errr.. mahasiswa atau tukang jagal ini). Beberapa orang bilang “Enak bisa masuk FK, gampang jadi orang sukses nantinya” (errr lagi... amin lah!).
Beberapa orang mati-matian mau masuk FK, tapi nggak berhasil. Beberapa orang lain mati-matian nggak mau masuk FK, tapi dipaksa orang tuanya, dan sialnya, masuk dengan sukses. Sementara yang berhasil masuk karena keinginan sendiri (kaya saya), mati-matian biar bisa survive di FK. Tapi percaya atau nggak, kami ini manusia biasa aja.


"Banyak suka atau dukanya?"
Suka adalah hal yang disenangi. Duka adalah hal yang dibenci. Ya, padanan kata tersebut merupakan yang paling serasi layaknya Rojali-Juleha. Hidup ini penuh perjuangan, penuh pilihan dan penuh reversibility. Artinya, ketika kita berada di atas, suatu saat kita ada di bawah, seperti main smack-down saja, tindih-menindih. Errr. Tergantung pilihan sih. Bagi yang memilih banyak suka dibanding duka, merekalah orang-orang yang tidak menjalani momen-momen "indah" kuliah dengan baik. Dan yang memilih banyak dukanya, waaa kurang bersyukur itu! Hehehe. Wagu ya? Soalnya....yagitu.

Hasil renungan mojok di kebon teh, setelah ditanya-tanya tante dan om. Di tulis dengan beberapa bumbu copas dari blog sana sini. 

June 01, 2012

a Step Closer

Aaah thank God OSCE is over. It has been a week in the tropical infection blok. A super duper hectic blok. Hmmmh still about 3 years to go to be graduated from here, and after that the pressure won't ended yet.. But story goes by, just live and enjoy! Anatomy, Farmako, Physiology, ect.. Oh please, be kind guys! Well, about my first score in the college.uhm.....aint satisfied with it yet..but somehow I thanks to God for gimme many persons that always gimme support and encourage me :')

May 22, 2012

Dokter Hanura


“ Bapak Dekan kalian memberikan  Field Lab ini salah satunya untuk mengembangkan hati nurani kalian. Jaman sekarang ini dokter lebih pilih buka praktik di kota, jadi dokter rumah sakit. Kebanyakan mengeluh saat mendapat surat kerja di daerah, apalagi di daerah yang terpencil. Kalian dilatih mulai sekarang untuk memberi pelayanan di daerah. Jadi dokter di rumah sakit juga harus tau posyandu itu seperti apa, bagaimana cara mengukur LILA yang benar. Yang penting ya supaya kalian nanti lulus, jadi dokter yang berhati nurani, dokter hanura.” begitu pesan dari kepala puskesmas yang tadi kami kunjungi.

Nah, yang mana pilihanmu? Menjadi dokter-akses-pelayanan-mudah atau mengedepankan rasa kemanusiaan? Kalau soal gaji, honor, upah, semuanya itu akan kau dapatkan seiring tanggung jawab yang kau penuhi.

PS: My apologize for my lovely group, B19 family, sorry for have such of bad temper on that day and recent :(. My fault. 

May 14, 2012

Sahabat. The best friends.


Tau gambar apa ini?
Gambar sebuah persahabatan
tanpa memandang apa dan siapa kamu.

March 13, 2012

Man Jadda Wa Jadda

Kuliah
Course
Pretest
Posttest
Laporan Praktikum
Responsi
SkillsLab
FieldLab
Diskusi Tutorial
Ujian Course
Ujian Blok
OSCE

No space left for inhal.
Semangat! Kowawa! Do your best! Ganbatte Kudasai!
Apa lagi ya?
Intinya, harapannya, no inhal untuk semester ini dan semester selanjutnya. Amin Amin Amin.
Faith, Pray, then Work.


January 30, 2012

Baksos 911


Malem rencang-rencang. Aku mau cerita ni ttg baksos (bakti sosial) angkatan ku dan angkatan kakak-kakak 2 tahun diatasku.. Acara nya dilaksanakan udah lama tapi baru diposting sekarang soalnya foto-foto pas disana baru diupload sama mas LO ku.

Apa itu baksos 911?
Baksos 911 adalah bakti sosial angkatan 2009 dan 2011. Jadi baksos ini di-panitia-i sama kakak-kakak angkatan 2009, dan angkatan 2011 yang jadi peserta baksos nya. Pertama-tama panitia baksos nentuin daerah mana yang akan di datangi, biasanya sih desa yang belom pernah ditempati baksos maupun daerah yang butuh tambahan pelayanan kesehatan. Kali ini baksos nya diadain di Boyolali, di sebuah SD disana. Hari-hari sebelumnya masyarakat sekitar sudah diberi pengumuman kalau pada hari-H bakal diadain baksos ini, jadi pas hari-H semua yang butuh bisa datang. Pelayanan-pelayanan pas baksos kemarin itu ada pengobatan, bedah minor, dan khitan, yang semuanya gratis. Juga ada pasar murah (baju bekas dan sembako).

Naah.. apa aja yang dilakukan pas baksos? Sebagai peserta, pertamanya kita jaga di gerbang, nah kalau ada orang yang datang ditanyai, mau berobat/operasi minor/khitan. Setelah itu kita antar pasien ke meja pendaftaran buat di data identitas nya. Lalu di bawa ke pos vital sign. Disana pasien di anamnesa(tanya jawab dokter pasien itu) dan di cek suhu, pernafasan, tekanan nadi, dan tekanan darah. Kemudian pasien di anter ke pos pemeriksaan fisik, nah bagian ini ni kita cuma disuruh nganter dan liat, soalnya px fisik ini dilakukan sama mas mbak ko-ass, biar hasilnya bener gitu. Di pos itu juga diajari gimana nulis resep obat. Ternyata nulis resep itu ada teknik nya, dan ternyata lagi tulisannya nggak harus jelek x). Setelahnya kita anter ke pos obat, menggunakan resep yang udah dibuat di pos sebelumnya. Disini kita meracik dan mbungkus obat nya sesuai resep kemudian di berikan ke pasien.
Nah kalau di pos bedah minor itu, lagi-lagi kita liat mas mbak ko-ass ng-operasi pasien. Yaiyalah masa mau kitaaa yang masih seumur jagung kuliahnya gini -_- hehe. Oh iya, apa sih bedah minor itu? Bedah=operasi dan minor=skala kecil. Jadi ya operasi dalam skala keccil gitu hehe. Pasien yang datang biasanya punya keluhan adanya benjolan pada tubuhnya. Nah benjolan itu dibuka kemudian diambil daging tumbuh yang tidak dikehendaki kehadirannya itu. Di pos khitan kita juga cuma merhatiin gimana proses khitan itu berlangsung.
Baksos itu menyenangkan :)) disini kita bisa merasakan gimana rasanya jadi dokter beneran, ngamalin ilmu-ilmu yang udah kita dapet (hahahaduh bahasanya) tapi beneran kok. Ilmu yang udah dicari susah-susah, kalo nggak digunakan se-maksimal mungkin, sayang banget rasanya.

Oke cukup ceritanya, saatnya meluncur ke TKP. Makasih yang udah baca. Didoain deh biar sehat&sukses selalu, plus cepet ketemu jodohnya.

Baju putih = peserta
Grey polo shirt = panitia


Naah.. ini dia pakaian yang dijual di pasar murah. Semua baju dihargai Rp 1000

Suasana pos anamnesis dan vital sign

Meracik obat dan memasukkan ke kantong plastik sesuai resep

Bu dokter Nadia sedang menjelaskan obat yang harus diminum pasien.. hehe

Nahh sebelum masuk pos khitan, diterangin dulu sama Mas Bagus

Prosesi khitanan berlangsung...... *keluar ruangan*


Makasih Mas Vasa buat foto-fotonyaaa *\^o^/*
Ohya, turut berduka cita sedalam-dalamnya Nadya.. semoga ayah diterima di sisi-Nya dan diterima segala amal baiknya. Amin.

Seeyaaa peopleee <3
Melani Ratih M.

December 06, 2011

Kuliahku....

 Mumpung ada waktu, aku cerita banyak ya :D. tentang kuliahku… (masih risih rasanya waktu sadar aku udah kuliah).

Jadi, aku adalah anak gembala selalu riang serta gembira *salah salah*. Aku adalah salah satu mahasiswi pendidikan dokter di UNS. Nggak tau karena keberuntunganku saat itu lagi gede banget kali ya sampai aku bisa lulus tes.

Kuliah kedokteran itu nggak gampang. Aku ulang ya, NGGAK MUDAH. Ya emang gitulah sejarahnya. There is no easy way to be a doctor :). Jadi kalau mau jadi dokter buat gaya-gayaan mending pindah jurusan aja yak. Sebelum mati karena stress kuliah. Tapi kalau udah diniati, pasti bakal dimudahkan jalannya sama yang di atas. Hehehe amin..
Aku mau cerita tentang kuliahku selama satu semester ini ya.. simak baik-baik. Nanti aka nada satu buah pertanyaan di akhir cerita dan yang bisa menjawab akan diberi hadiah berupa handphone Nokia N9 dan Blackberry Torch #AkuBaikKan #TapiBoong.

Di semester 1 ini, ada 4 blok yaitu yang pertama Blok Budaya Ilmiah. Pelajarannya bukan tentang budaya-budaya yang tersebar di Indonesia lho ya -___- kita ga belajar sejarah. Jadi semacam pelajaran buat membangun mindset sama berpendapat, mediagnosis, memberikan terapi berdasarkan bukti ilmiah. Pokoknya cari-cari jurnal ilmiah gitu. Tapi, laboratorium anatomi sudah terasa di awal-banget-semester ini. Belajar bersama cadaver (mayat yang diawetkan untuk tujuan pembelajaran) itu menyenangkan sekali. Jadi inget jaman-jaman ospek pas masuk lab anatomi, angkat-angkat cadaver, dan disuruh mencari kertas yang disimpan di tubuh cadaver. Tulisan di kertas itu: “Hargailah aku sewajarnya. Disini akan kuberikan ilmu yang tidak akan kau temui di buku manapun.” *loveyouanatomy*.

Blok kedua yaitu Blok Bioetika Humaniora. Nah ini judulnya juga ga kalah lucu. Bukan tentang pertanian ya sodara-sodara. Inti pelajarannya adalah gimana jadi dokter yang berjiwa sosial tinggi. (semoga bisa diterapkan selama-lamanya amin.)

Sebelum ke blok selanjutnya, ujian blok 1 dan 2 jadi selingan. Hasilnya? Hope the best for me please.. I’ve done my best God. But all the result is depends on you.

Selanjutnya Blok Biologi Molekuler. Naah.. di blok ini kehidupan kuliah kedokteran dimulai. Kesuntukan mulai terasa. Kemalasan mulai melanda. Hehe. Selain hafalan nya harus baik, pemahaman yang baik juga sangat diwajibkan disini. Kami mulai merasakan aroma dr. Afi yang super duper cerdas dan laboratorium biomedik nya yang super bersih rapi dan ‘sterill’. (diberi tanda petik karena sterilisasi emang sangat diperhatikan di blok ini *geleng-geleng*). Meskipun pretest biomed ku inhal, tapi Puji Tuhan nilai responsinya……. *smile* *loveyoubiomed*. Oh iya, di blok ini kami juga merasakan nge-lab di laboratorium biologi. Yang ini kebalikan lab biomed. Pretest nya luar biasa lancar, tapi responsinya…… *mati berdiri*.

Yak sampailah kita di blok terakhir, yaitu Blok Metabolisme. Bisa dibayangkan? Yup.. diagram siklus krebs yang menjijikkan itu muncul lagi setelah sekian lama tidak berjumpa semenjak ujian snmptn. Rasanya pingin minum baygon. Aku benci kimia. Nggak cuma itu, ada juga tentang kelainan metabolik pada manusia seperti marasmus, kwashiorkor, gout, dll. Di blok ini kami merasakan nge-lab di laboratorium biokimia sama laboratorium histologi (gambar jaringan yang super bikin ga bisa tidur).

Selain kuliah, di FK UNS ini ada yang namanya diskusi tutorial, skills lab, dan field lab. Ketiganya dilalui bersama kelompok yang sama dari awal. Jadi kerjasama yang baik sangat diperlukan antar masing-masing anggota kelompok.
Diskusi tutorial itu semacam diskusi biasa, tapi ada tutor pendampingnya. Tutor adalah dosen atau dokter yang kompeten dibidangnya. Tugas tutor cuma mendampingi jalannya tutorial dan mengarahkan ke tujuan pembelajaran (LO) yang benar.
Skills lab adalah laboratorium praktik. Jadi di skills lab itu kaya jadi dokter beneran lah. Diajarin tentang berkomunikasi yang baik dan benar sama pasien, ukur nadi, tensi, suhu,irama pernafasan, dan teknik-teknik pemeriksaan fisik. (materi skills lab semester 1). Nantinya diakhir semester semuanya akan diujikan dalam satu hari dengan waktu 100 menit untuk 5 pos. Nama ujiannya itu OSCE. Kepanjangannya? Aduh aku nggak ngerti.. cek Wikipedia ya. Hehe..
Naaah kalau field lab itu, laboratorium yang Cuma ada di FK UNS. Kayanya di FK lain belom ada J. Field lab itu dilakukan di puskesmas yang tersebar di seluruh karesidenan Surakarta. Mulai dari wonogiri, karanganyar, boyolali, sukoharjo, sragen, sampai klaten. Masing-masing kelompok bertugas di salah satu puskesmas. Dapet jauh atau dekat itu sesuai amal ibadah masing-masing. Di field lab ini, penilaian bergantung dari hasil penilaian kepala puskesmas masing-masing. Lagi-lagi ini tergantung amal ibadah. Hehehe.. Oh iya, di field lab, yang namanya bertemu pasien di pedesaan sama nimbang bayi pkai dacin itu luar biasa menyenangkan. Dan mengharukan. Dibawah ini beberapa foto field lab ku di Puskesmas Wonogiri I bersama B19 family.

 


Nangis karena ketakutan lihat kami pakai baju putih-putih (jas lab) karena trauma disuntik dokter. Hehehe

Kalau yang ini unyu cekali. Di diemin ketawa, di goda juga ketawa.

Jeng jeeeeeng.. Dan nggak ketinggalan, jalan-jalannya. Hehehe
Ini kelompokku, B19 di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri.

Seru kan? :).
Dari semuanya, bagi ku kuliah, diskusi tutorial, skills lab, field lab ini nggak ada yang nggak seru. Semuanya menyenangkan. Really.

 Yak penutupannya adalah OSCE, ujian blok 3 dan 4. OSCE sudah berlalu. Lumayan puas, tapi tidak terlalu optimis di station vital sign. Don’t know why. Ujian blok 3 dan 4 tinggal menghitung hari. Semoga lancar.

 Seeyaaaa peopleee.. thanks for reading.
 Melani Ratih M.

August 16, 2011

AORTA Keep Moving Forward!

"Bagi mahasiswa baru, ospek adalah momok yang sangat menakutkan. Tak jarang orang berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengikuti acara orang gila yang satu ini. Layaknya saya, pengalaman ketika MOS ( masa orientasi siswa ) pada saat SMA jelas menjadi sebuah pelajaran yang sangat tidak mengenakkan. Namun bukan berarti saya menentang acara OSPE atau MOS, hanya saja agenda kegiatan dan bentuk kegilaan didalamnya harus dihapus. Departemen pendidikan perlu bertindak cepat agar kebodohan ini segera berakhir. Apalagi tujuan sekolah sebenarnya adalah untuk melenyapkan kebodohan."
edukasi.kompasiana.com

Untungnya saya nggak  merasakan ketakutan dan dibodohi. Menurut saya, ospek saya lancaaar dan menyenangkaaan... memang ada penggojlokan mental ky dibentak" gitu, yah namanya juga orientasi, di SMA juga ada. Itu wajar. tapi nggak ada kok tindak kekerasan fisik, intimidasi, seperti itu.
Angkatan saya kebagian jatah di ospek-i oleh kakak" tingkat angkatan 2008, 3 tahun diatas kami. Emang gitu peraturannya, jadi yang kebagian tugas ng-ospek adalah mereka yg udah hampir lulus, nggak tahu kenapa, mungkin karena angkatan yang sudah "berumur" itu dianggap mampu mengatur waktu mereka antara belajar dan ng-ospek para calon mahasiswa baru.

Ospek FK UNS tahun ini diberi nama AORTA 2011 yg merupakan singkatan Acara Orientasi Angkatan 2011. Kenapa aorta? Karena aorta adalah pembuluh nadi yang terbesar dalam tubuh manusia.
Aorta adalah gerbang pertama dan merupakan stabilitator turbulensi yang dilewati darah kaya oksigen untuk didistribusikan ke seluruh jaringan. Jadi dengan adanya AORTA ini, dapat menjadi gerbang penghubung mahasiswa baru yang beradaptasi dari siswa menjadi mahasiswa.

Naaah mau tau ospekku gimana? Haduh sebenernya males mau ngetik, panjaang, dan paling juga nggak ada yang mbaca blog ini. hahaha (tawa gak ikhlas penulis blog gagal). Lagian, kata-kata saja tidak cukup buat mengungkapkan betapa ciamik-nya ospek saya. Hehe okee saya cerita.... biarlah saya menjadi dalang

Hari Pertama, 8 Agustus 2011
Memang judulnya hari pertama, tapi di hari pertama ini sudah ada tugas yang wajib dikumpulkan yaitu buku osmaru dan co-card. Ini dia penampakkan nya

horee dapet bintang ^^


Di hari pertama, upacara pelantikan dulu serentak seluruh fakultas S-1 di halaman kantor rektorat, menyaksikan pameran UKM yang terkenal di UNS, trus meluncur ke fakultas masing-masing. Di fakultas, kami dapet sambutan dari Pak Dekan, Pembantu Dekan, sama Presiden BEM FK UNS. Naah abis itu kami disuruh mengumpulkan semua gadget ke dalam kantong plastik masing-masing. Lalu kami digiring ke ruang kuliah 2.
Naah berbeda dengan keadaan diluar, di dalem ruang kuliah ini suasananya adeem ayeeem.. hehe gimana enggak! Di dalem isinya ndengerin materi" dari berbagai narasumber, game, ice breaking oleh sie acara yang bisa membuat lupa sejenak akan kegarangan mbak mas sie dis. Hehe.
Acara sampai jam 4 sore. Setelah itu kami meluncur ke posko kelompok masing-masing untuk ngerjain tugas yang harus dikumpulkan besoknya.

Reproduction, The 13th Group.
-ki,ka-
Melin, Tia, Pungky, Ratna, Mey, Ipeh, Desi
Mela, Ria, Ratih, Gaby

Hari Kedua, 9 Agustus 2011
Setelah tidur 2 jam saja, pagi jam 6.15 kami semua calon mahasiswa baru FK UNS berkumpul lagi di tempat apel pagi. Ngapain? Haha yaa gitu deeh.. Pengecekan atribut, dan kelengkapan peserta ospek. yang telat dan nggak lengkap tugasnya maju ke depan! Kenapa nggak bisa kompak sama yang lain? Tuh ada yang dapet bintang! Kok kamu enggak? Kasih solusi! Hahaha damai ya mbak mas panitia yg kebetulan baca postingan saya ini. Saya nggak ada maksud menyindir samaaa sekali.
Setelah itu kami dipecah, 2 kelompok tiap pos, trus ngikuti mbak panitia menuju tempat yang enak untuk diskusi tentang hipoglikemia, hipothermia, dehidrasi, heat stroke, cramp. Abis itu kami dikumpulkan lagi ketempat apel pagi tadi. Disana kami diajari menangani korban bencana. Ternyata angkat tandu ada cara nya looh.. haha kirain asal angkat.
Nah! Ternyata pelajaran tadi itu langsung dipraktekkan. Tiba-tiba ada bunyi sirene gitu. Kami ber-217 langsung lari ke tempat yang pura-puranya jadi lokasi bencana. Tempatnya itu di gedung baru FK UNS yang lagi dibangun yang tahun ini rencananya bakal selesai pembangunannya. Rangka nya doang maksudnya -_____-.
Disana itu ceritanya kami masing-masing nyari korban (mbak mas panitia yang didandani dan pakai kostum yg cucoook) , trus di tangani apa penyakitnya, gimana penanggulangannya. Sayang, dari 20 korban, 1 gagal diselamatkan :'( hiks..
Setelah itu, yaah evaluasi + pematangan mental lagi oleh mbak mas panitia. Trus pulaaaang^^ eh nggak segampang itu! Sampai jam 10, kami sekelompok kumpul lagi di kos Ria buat ngerjain tugas yang harus dikumpulkan besok.


Ini dokumentasi kelompok cowok

Hari Ketiga, 10 Agustus 2011
Uyeee hari ketiga ini adalah hari yang paling menggembirakan, mengharukan, pokoke paling jos.
Seperti hari sebelumnya, apel pagi dan cek kelengkapan atribut serta barang yang harus dibawa. Lalu ke ruang kuliah lagi untuk menyimak materi. Abis itu, *jengjeeeng* tour lab sodara" :D.
Jatah tour pertama kelompok saya itu di bawah pohon -_- iya, pos nya di bawah pohon. Disana kami maju satu-satu nebak nama preparat sesuai dengan gambar yang ditunjukkan. Trus abis itu ke lab biokimia, lab PA, lab histologi, dan *jengjeeeng* LAB ANATOMI (sori ababil. pertama kalinya siiiih)
Di lab anatomi, ruangan lab dibagi menjadi 3 bilik, masing" bilik ada cadaver utuh, kepala, tangan, potongan tulang-belulang (itu yang saya lihat).
Di dalam lab, sumpah yaa pedes banget formalinnya, baunya sih gapapa, tapi pedesnya itu lhooh jengg.. *anakgagalgaul.
Nah masuknya, 2 orang per bilikm saya kebagian masuk bareng Tika. Di dalem kami nggak cuma "mengagumi dan mempelajari" yang di dalam, dosen besar kami (semboyan mahasiswa kedokteran, Mortui Vivos Docent = yang mati mengajari yang hidup) tapi kami disuruh mencari kertas, membaca, menghafalkan, dan nanti di luar di laporkan ke mbak mas panitia apa yang tadi di temukan. Setelah salaman sama tangan, ngangkat kaki, membuka belahan perut sang guru besar, akhirnya saya nemu kertas saya.. ada di bawah kepala. Yaaah harus diangkat dulu lah yaw kepalanya.. Ini bunyi kertas saya "Hargailah aku sewajarnya. Akan kuberikan ilmu yang tidak akan pernah ada di buku apa pun."
Setelah tour lab selesai, kami digiring ke bangunan gedung kuliah kedokteran yang belom selesai itu lagi, disana kami baris sesuai urutan kelompok, nah ini dia.. masa" puncak pematangan mental. Mbak LO kelompok saya, mbak Tita sampek nangis lho :"( gara-garanya kami kurang ajar.. hiks, udah tugas nggak kelar, nggak kompak, sama temen satu angkatan pun nggak semuanya kenal. Trus kami disuruh duduk dengan mata terpejam. Trus, yaa kayak ESQ gitu deh, semuanya nangis. Nggak terkecuali yang cowok lho jeng -____-.
Abis mata boleh melek, naah.. maaf"an pun terjadi, saling berpelukan, berjabatan tangan, mulai saat itu kami semua keluarga, saudara sejawat, senasib dan sepenanggungan.
Sekarang kalo disuruh cerita lagi tentang ospek-ku, pasti bawaannya senyum" deh. Manis" tok ceritanyaa.. paitnya sih ya itu, harus pulang malam, bangun pagi, tapi itu semua emang bakal jadi hobi kami pas kuliah besok. Semua yang ada di ospek ini sangat bermanfaat, semoga nggaak ada satu pun ilmu nya yang jadi mubazir.


Reproduction, Mbak Tita, Mbak Nungky

With all of my heart, makasih banyak mbak mas 2008..
AORTA 2011
Keep Moving Forward!


Ini cerita AORTA-ku, apa ceritamu? :)
Melani Ratih M.

August 01, 2011

Kenapa Mau Jadi Dokter?

Malem sodara-sodara. Baru saja saya nemu note seseorang yang sempet bikin saya merinding dan nangis #cengeng. Tulisan ini khususnya dibuat untuk teman-teman yang akan/sedang menempuh pendidikan untuk menjadi seorang dokter. Ijin copas ya mas :) Ayo" siapa aja boleh mbaca.. Monggo



just share .. semoga bermanfaat :)

Rekan  yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…
  
NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.


Seeeyaaaa :')
Melani Ratih M.

July 04, 2011

Puji Tuhan

Saya bisa bukan karena saya rajin, apalagi pintar. Saya sama saja seperti anak-anak lain. Tekad dan usaha keras yang mengantar saya menjadi bagian dari 441014, juga doa dan dukungan banyaaaaak sekali orang.

1. Ibu, malaikat tanpa sayap-ku, beliau berdoa novena salam maria 3x setiap malam, dan selalu menyertakan namaku dalam doanya.
2. Bapak, bimbingan dan segala petuahnya yang kadang-kadang terlalu protective, tp selalu benar :) makasih pak, berkat bapak jalanku bisa lurus.
3. Dek Rani, Dek Reta, berkat hiburan mereka berdua (baca: berantem bersama), saya jadi punya selingan, jadi ga stress belajarnya. Hehe
4. Mbah kakung, Bu Tati, Pakdhe, Budhe dan semua sepupu, makasih untuk doa dan dukungannya yang sangat besar, dan harapannya pingin ada salah satu anggota keluarga yang jadi dokter. Yg menguatkan saya supaya rajin belajar.
5. Almarhum mbah kakung, atas pesan terakhir sebelum beliau meninggal buat saya supaya jadi dokter dan dosen. I do  mbah :')
6. Almarhum mas Wahyu dan mamak.
7. SMAN 3 Surakarta, Neutron Monginsidi, Aksel Smaga Tujuh, Guru-guru SD Marsudirini dan SMPN 1 Karanganyar, terutama Pak Koes, Om Les, Mas Be, Pak Ratno, Mbak Ira, terimakasih banyak.
8. Solo Cantabile Cantora, jayalah terus adek-adek! :)
9. Pak Ndo pedagang bakso SD Marsudirini, Pak Ogah dan semua tukang becak josroyo-jaten, Tante Yan, Semua tetangga, terimakasih semua..
10. Om Agus, Om Budi, dan semua orangtua teman-temanku SD, SMP, SMA
dan masih banyak lagi malaikat-malaikat yang dikirim Tuhan buat menyemangati saya.

Lolos disini belum menjamin masa depan kita, tetap semangat belajar dan berdoa, bermimpilah setinggi langit, dan ojo dumeh  :)
Perjuangkan apa yang kita inginkan,
tidak ada yang sia-sia di dunia ini.

Terimakasih Tuhan Yesus, Bunda Maria.

Melani Ratih M.

June 29, 2011

Menanti Pengumuman SNMPTN



Jika anda takut tidak diterima.. mbok ya kemaren ndak usah ikut ujian.. ya to..


Kalopun sekarang anda mau berdoa.. berdoalah untuk meminta kekuatan.. Kekuatan untuk bisa menerima dgn lapang dada jika nantinya anda tidak lulus seleksi.. -menangis itu boleh, tapi jangan meratapi-
(Muhammad Amien)

Siang ini saya online dan langsung nge-klik bookmark home facebook. 'berita populer' hari ini diawali dengan status teman sekolah saya dengan isi seperti diatas (copas). Yang saya copas itu adalah best status menurut saya, untuk hari ini. Karena statusnya bisa menentramkan jiwa (menurut saya) dan bikin galau saya berkurang sedikit demi sedikit. Ga kaya status teman saya yang lain yang intinya keresahan, kegundahan, dan kegalauan.
Apapun hasilnya nanti, yang penting kita sudah berusaha semampu kita, belajar sampai larut dan berdoa. Belom apa-apa kok udah takut.
Untuk apa merisaukan yang belum terjadi; yang pada akhirnya kita tidak bisa berbuat apa-apa bila telah terjadi. Yak, semakin memikirkan ‘bagaimana nanti’, semakin khawatir, semakin cemas, semakin kacau. Risau. Galau.

When one door of happiness closes, another opens;
banyak jalan menuju Roma toh?
Semangat semangat!

Sekarang, persiapkan mental untuk kemungkinan terburuk. Cari jalur lain, swadana, UM, atau cari universitas lain yang masih membuka jalur penerimaan mahasiswa baru pasca SNMPTN. Jangan sampai mental drop, stress, trus ke warung beli baygon buat bunuh diri. Lalu besoknya terkenal di TV dan koran. Itu gila.







Melani Ratih M.